Ahad, 21 November 2010

kota lumpur menjadi pujaan

Di sini aku duduk dan merasai alam,
hembusan angin yang membeku menumbangkan segala,
di kanan aku sebuah bongkah yang besar,
di kiri aku kebanggan sebuah tempat lepak anak - anak muda berteknologi moden,
hala tuju yang menyesakkan di hujung minggu,
sebuah tempat yang banyak wataknya,
banyak kerenahnya,
dan banyak pegangan di tangannya,
aku bersila di tembok itu berseorangan,
kelihatan figura - figura bergerak yang sibuk ke sana ke mari,
berseorangan,
berseksian,
berpasangan,
berkeluarga,
berkumpulan,
berkurangan di badan,
berkata yang tidak di dengar,
pedulik apa aku,
aku hanya bersila, bukan menyelak yang berlalu,
dan aku memerhati,
keegoan dan keangkuhan di setiap mimik muka yang melangkah,
melekap di sana,
melekap di sini,
itulah orang kita,
ditiup angin membelah masa,
ditiup angin mendabik dada,
dada yang sudah besar dibanggakan lagi,
itulah orang kita,
orang siapa lagi,
itulah yang memberikan sinar pada keadaan di dunia,
cantik sekali,
dengan hujan menjadi teman,
air memancut setiap masa,
dengan melodi waktu yang berterusan hingga larut malam,
dan aku masih bersila di sini,
menantikan masa yang aku rasa sesuai untuk pulang,
dengan hujan yang rintik menjadi lebat,
menanti lebat menjadi kurang,
kota lumpur menjadi pujaan.

Aku tau.. ada yang melihat aku.
15/11/2010 - 5:37 pm

Lembah di Tengah,
2:18 am

Tiada ulasan:

Catat Ulasan